..

..

Whois Online?

Monday, December 24, 2018

Sebuah Langkah Kecil, Membantu Mewujudkan Sistem Deteksi Dini Tsunami Berbasis Kabel Bawah Laut di Indonesia.

Saya berfoto di depan Gedung NEC Super Tower, Minato-ku, Tokyo
Entah berapa kali saya bolak-balik meeting di Gedung NEC ini. Meeting dalam rangka merayu NEC agar bersedia merapat kembali ke Indonesia untuk duduk bersama dalam rangka membantu Indonesia mengimplementasikan teknologi deteksi Tsunami berbasis kabel bawah laut. Untuk teknologi ini memang Jepang satu-satunya yang terbaik di dunia. Mereka gunakan tangan-tangan robot untuk instalasi sensor di bawah laut. NEC adalah sebuah perusahaan raksasa di Jepang. Beroperasi di banyak negara dengan varian teknologi yang banyak ragamnya berbasis IT. Sebenarnya Indonesia sudah lama menjalin komunikasi dengan NEC, tetapi kesannya maju mundur untuk implementasi teknologi ini. Sementara Taiwan, Peru, dan beberapa negara Amerika latin yang rawan gempa sudah lebih dulu mengimplementasikan teknologi ini. Di Jepang sistem deteksi dini Tsunami berbasis kabel bawah laut ini, salah satunya dikelola dikelola oleh NIED (National Research Institute of Earth Science and Disaster Resilience), dimana sebelumnya oleh JAMSTEC, dikenal dengan nama DONET (Dense Oceanfloor Network System for Earthquakes and Tsunamis ). Ada juga S-NET yang dikelola oleh JMA (Japan Meteorologycal Agency) untuk memantau palung laut dalam di sisi timur laut Jepang.




Setiap kali akan meeting, saya dikirim barcode gate melalui e-mail oleh salah satu stafnya. Barcode ini yang saya gunakan untuk masuk ke gedung NEC yang besar dan tinggi menjulang di kawasan Shiba, Minato-ku, Tokyo. Mengapa saya selalu tertarik untuk menjalin komunikasi dengan perusahaan-perusahaan raksasa Jepang, karena sebenarnya merekalah raksasa-raksasa dibalik kemajuan teknologi Jepang. Sekedar contoh Jepang mengembangkan satelit radar ALOS-1 dan ALOS-2 L-Band Frequency, satu-satunya satelit radar di dunia dengan panjang gelombang terpanjang. Orang mungkin tahunya satelit ini dikembangkan oleh JAXA (Lembaga Antariksa-nya Jepang). Tetapi sebenarnya ada Mitsubishi di belakangnya yang memproduksi satelit ini.

Gedung NEC Super Tower, di Minato-ku, Tokyo
Demikian juga dengan teknologi deteksi tsunami berbasis kabel bawah laut ini. NEC adalah tulang punggung Jepang yang selalu siap memback-up institusi pemerintah Jepang seperti JAMSTEC, JMA, NIED dll. Di Indonesia, kita masih kekurangan swasta-swasta raksasa yang kental inovasi seperti halnya NEC, Mitsubishi, Toyota dll-nya. Kebanyakan perusahaan-perusahaan swasta di Indonesia hanyalah kepanjangan tangan dari perusahaan-perusahaan luar negeri dalam memasarkan teknologinya. Bukan inovator teknologi itu sendiri. Akibatnya sebagian besar sektor swasta di Indonesia hanya bergantung pada APBN, APBD dan proyek-proyek BUMN. Tidak bisa seperti perusahaan Jepang, yang leading dan menguasai pasar di luar negeri.

Meeting dengan salah satu pejabat NEC Tokyo di salah satu lokasi di Akihabara; foto wajah sengaja ditutup sesuai standar etika di Jepang 
Ke Minato-ku ini jaraknya agak jauh dari Tsukuba, sehingga untuk memudahkan akses saya, terkadang saya minta meetingnya di luar kantor. Akihabara adalah pilihan favorit saya karena cukup dengan kereta Tsukuba Express sekali naik, selama kurang lebih 45 menit saya sudah akan sampai di Akihabara. Terkadang saya diketawaain teman Jepang saya, karena nggak lazim ngajak meeting di luar, apalagi yang diajak meeting salah satu pembesar perusahaan raksasa seperti NEC. Dari meeting-meeting ini akhirnya NEC semangat untuk meluncur ke Indonesia, membahas kemungkinan-kemungkinan kerjasama. Sudah dua kali mereka ke Indonesia atas guidance yang coba saya lakukan. Hasilnya masih belum clear, apakah Indonesia akan mengimplementasikan teknologi ini atau tidak ...

Tapi yang jelas setelah Tsunami Palu, kini terjadi lagi Tsunami Pandeglang dan Lampung. Dan realitanya sama, kita kembali tergagap-gagap menghadapi Tsunami yang datang tiba-tiba dan seolah-olah tanpa pesan ... (* tulisan sesuai yang ada di status facebook saya pagi ini dan halaman Kompasiana).


Joko Widodo,

Ph.D. Student, Josaphat Microwave Remote Sensing Laboratory (JMRSL), Graduate School of Advanced Integration Science, Chiba University, Japan


* Saat ini tinggal di Tsukuba, Jepang

No comments: